Thursday, July 16, 2009

Taman Para Kekasih Allah

Aku bersandar didalam keheningan tembok ratapan Ketika itu kulihat seorang rabi meratapi dosanya Kudengar ratapannya ” oh.... jehovah maafkan aku yang telah berselingkuh dengan kekuasaan, bersama – bersama kami menjual ayat – ayatMu dengan harga murah kulantunkan musik surgawi ditelinga umat seakan – akan mereka terbang melayang mengelilingi singasanaMu, mereka benar – benar menikmatinya. sebagai wujud penyesalannya, dia benturkan kepalanya ke tembok tersebut terlihat darah segar mengalir dikeningnya aku mencoba untuk menolongnya sebagai tetangga yang baik yang telah lama hidup berdampingan di tanah leluhur ini namun apa daya aku pun diusirnya aku segera pergi dari tempat penyesalan menuju padang rumput yang subur kulihat seorang pengembala yang sibuk menuntun domba – domba sesat namun lacur nian, domba – domba itu bercerai berai hingga tersesat bahkan mendekati gerobolan serigala yang siap menyantap mangsanya hidup – hidup pengelanaan ini berakhir di padang pasir yang gersang namun ditengahnya terdapat oase pelepas dahaga yang konon menurut penduduk sekitar oase itu adalah jerih payah lari – lari kecilnya bunda hajar dan ismail anaknya kupandangi sejenak kerumunan lautan umat manusia yang mengitari batu hitam yang disucikan dengan semangat mereka kumandangkan yel – yel yang biasa ibrahim ucapkan tapi mereka adalah umat yang bodoh yang hidup tanpa kemurnian, tertindas oleh tirani setan.
perjalananpun kuakhiri di sebuah rumah yang didalamnya dibacakan lantunan ayat-ayat yang baru turun.
kondisi didalamnya sungguh sangat syahdu meskipun diluar sana begitu mencekam.
akhirnya kutambatkan hati pada sebuah generasi penerus sah estafet kerisalahan para kekasih allah
yang senantiasa bergerak tanpa henti dan terputus.