Monday, July 30, 2007

wihdatul wujud / hulul ( unity of existency )

Aku ini adalah diriMu, cinta ini adalah cintaMu jiwa ini adalah jiwaMu, rindu ini adalah rinduMu, darah ini adalah darahMu suatu ungkapan yang menunjukkan pengalihan perhatian. Dalam hal ini aku diqiyaskan sebagai manusia dalam memahami hakikat ketuhanan ( Allah ) dalam hal ini dianalogikan atau diposisikan sebagai diriMu. Sungguh bahwa aku yang notabene adalah manusia dengan segala kepemilikan dirinya berupa cinta, jiwa, hasrat rindu, darah bahkan jasad sekalipun, semuanya adalah suatu refleksi atau wujud eksistensi akan adanya Allah dengan segala kemahaanNya yang mampu mencipta manusia. Atau dalam bahasa sastra sufi aku ini adalah tuhan ( ana al – haq ). Ungkapan –ungkapan tersebut jauh dari kesan atau sama sekali meniadakan unsur antromorfisme, maknanya sama sekali bukan perpaduan atau penyatuan atau persamaan antara lahut ( tuhan ) dan nasut ( manusia ). Tapi ungkapan tersebut lebih kepada pemisahan antara makhluk dan khalik ( aku dan kamu sendiri adalah sesuatu term yang menunjukkan perbedaan dan pemisahan dengan penghubung adalah ) atau lebih tepatnya hakikat ungkapan tersebut adalah alat untuk memahami, mengenal hakikat allah adalah makhluknya itu sendiri. al – Hallaj sendiri berkata “ barangsiapa yang mengira bahwa lahut berpadu jadi nasut atau nasut berpadu jadi lahut, maka kafirlah dia, sebab allah mandiri dalam zat maupun sifat. Dan dia samasekali tidak menyerupai makhluk - makhlukNya ” ungkapan – ungkapan al – Hallaj seperti ana al – haq atau memposisikan dirinya adalah tuhan / personifikasi tuhan, ungkapan tersebut bermakna majazi atau sastrawi multitafsir, maknanya tidak secara lahiriyah. al – Hallaj mengajak kita untuk memikirkan, memahami dan merenungi jati diri kita sebagai manusia yang secara akal mampu membuktikan dan meyakinkan akan adanya allah sebagai pencipta. Secara inderawi kita mampu mengindera diri kita sebagai manusia yang dapat diambil kesimpulan ada yang membuat kita ini ada , ibarat meja yang dibuat tukang kayu atau tai unta dan jejak kakinya di gurun pasir, padahal kita samasekali tidak melihatnya secara langsung unta lewat di gurun pasir. Bentuk pengalihan perhatian dari hakikat tuhan ke manusia dapat kita lihat dalam kisah sujudnya malaikat kepada adam kecuali iblis yang sombong dan termasuk golongan kafir. Sujud yang notabene suatu bentuk ritualitas penghambaan atau penyembahan kepada sang pencipta dinobatkan kepada manusia yang memberi kesan adanya kesetaraan antara allah dan manusia atau adanya personifikasi tuhan pada diri manusia. Namun hakikat itu semua lebih tepatnya dipahami sebagai sebuah ketundukkan makhluk atas segala perintah allah